<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35425192\x26blogName\x3dShaSaVino...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://marinareza.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://marinareza.blogspot.com/\x26vt\x3d1712134218084423277', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Thursday, February 08, 2007

TOUCHY ARTICLE





Ia Hadir untuk Dicintai


Jika masih tertahan kelopak mata ini untuk tetap terbuka hingga larut,
atau saat terjaga di pertengahan malam selalu saya sempatkan untuk menyambangi
kamar anak-anak. Saya hampiri dan tatap wajah mereka bergantian sambil menghalau
nyamuk yang hinggap di tubuh mereka. Wajah indah yang terlelap itu menyibakkan
kejujuran dalam hati, bahwa mereka hadir sebagai amanah yang harus dijaga
sebaik- baiknya.

Mereka ada untuk dicinta. Terbayanglah kekesalan yang hampir tercipta
akibat perbuatan dan tingkah nakal mau pun pembangkangan mereka siang tadi.
Terlintaslah amarah yang nyaris meluap saat mereka tak mendengar perintah mau
pun ketika peraturan terlanggar.

Beruntung kekesalan itu hanya sempat mampir di
kepala dan tak sampai keluar makian kasar yang pasti akan melukai telinga
mereka.



Bersyukur amarah ini tak sekali pun sempat membuat mereka melihat saya
seperti monster yang menakutkan. Mereka hanya anak-anak yang sangat pantas dan
bisa sangat dimaafkan ketika berbuat kesalahan.


Jiwa mereka masih sangat rapuh untuk menerima kalimat dan perilaku kasar orang


tua hanya karena kesalahan kecil
yang mereka pun mungkin tak sadar kalau itu benar-benar sebuah kesalahan.

Bisa jadi letak kesalahan justru terletak pada orang tua yang terlalu kaku membuat
peraturan, mengekang kebebasan mereka sebagai individu yang meski masih kecil
tetap saja seorang manusia yang berhak dan bebas memilih untuk melakukan yang
terbaik menurut mereka.

Tugas orang tua bukan melarang atau memerintah, tapi
lebih kepada mengarahkan agar mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya.
Menatap kembali wajah-wajah bersih itu dalam tidur mereka yang mungkin sedang
memimpikan Ayah dan Ibu yang tengah menimang dan membuai penuh kasih, tergambar
jelas tak sedikit pun ada dosa di diri mereka.

Kalau mau menghitung-hitung,
jangan-jangan justru kita lah yang lebih banyak berbuat kesalahan terhadap
mereka dibanding jumlah kesalahan kecil mereka. Saya teringat banyak kejadian di
luar. Misalnya ketika di sebuah angkot seorang ibu memaki anaknya yang masih
berusia empat tahun – dari posturnya seukuran anak saya- dengan kalimat yang
sangat belum waktunya anak sekecil itu mendapatkannya. Belum lagi tempelengan
yang sempat mampir di kepalanya. "goblok lu ya, kalau jatuh mampus luh," hanya
karena ia sempat melongok ke arah pintu angkot. Sebuah kesalahan kecil yang
mestinya bisa disikapi lebih bijak dengan sebuah nasihat lembut. Atau ketika
isteri saya bercerita tentang seorang ibu dari teman sekolah anak kami di TK.
Anaknya terjatuh saat berlari, "Nyungsep sekalian biar bonyok tuh muka. Udah
dibilangin jangan lari," itu pun masih ditambah satu tamparan di kepala. Yang
pasti itu tak meredakan tangis si anak, bahkan membuat memar di lututnya semakin
perih terasa hingga ke hati.

Mengusap bulir keringat di kening mereka dan
membelai rambutnya saat tidur membuahkan pertanyaan di benak ini, haruskah
bintang-bintang sejernih ini mendapatkan perlakuan sekasar itu? Lihat saja
senyum mereka saat terlelap, dan dengarkan hati mereka bernyanyi dalam mimpi.
Anda akan mendengarkan nyanyian riangnya jika Anda memperlakukannya sepanjang
hari seperti halnya Anda tengah menciptakan sebuah mimpi indah untuknya. Namun
jangan terperanjat ketika tengah malam tidur Anda terusik saat ia mengigau dan
berteriak ketakutan. Hanya rintihan yang bisa terdengar dari mimpinya karena
sepanjang hari ia hanya mendapatkan kecemasan dan ketakutan dari kalimat kasar,
delikkan mata dan ayunan keras tangan Anda ke tubuh mereka.


Tak seekor nyamuk pun pernah saya persilahkan untukmenyentuh setiap inci kulit

mereka. Lalu kenapa masih ada yang tega mencederai anak- anak, padahal dalam

berbagai dongeng mereka selalu mendengar bahwa yang kasih dan cintanya tak

terbanding itulah Ayah dan Ibu.


Coba sentuh dengan lembut wajah halusnya saat tidur, itu akan membuatnya
bermimpi indah seolah tengah terbaring di pangkuan bidadari.

Anak-anak tak
pernah membenci orang tuanya, bahkan saat mereka mendapatkan perlakukan kasar
dari orang tua pun, tetap saja nama Ayah atau Ibu yang mereka panggil saat
menangis. Anak-anak tak pernah berdosa terhadap orang tuanya, justru kebanyakan
orang tua yang berdosa kepada mereka dengan makian kasar dan pukulan
menyakitkan. Anak-anak tak pernah benar-benar membuat orang tua kesal, orang tua
lah yang teramat sering membuat mereka kecewa mendapati Ayah dan Ibunya tak
seindah syair lagu yang selalu diajarkan guru di sekolah.



Ah, kadang orang tua
baru menyadari bahwa anak-anak hadir untuk dicinta saat ia terbaring lemah di
salah satu tempat tidur di bangsal anak-anak. Atau ketika Tuhan mencabut amanah
itu dari kita. Menangiskah kita? teramat banyak yang merindukan kehadiran mereka
dengan cinta yang teramat tulus



SUMBER: unknown

0 Comments:

Post a Comment

<< Home