<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d35425192\x26blogName\x3dShaSaVino...\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLUE\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://marinareza.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://marinareza.blogspot.com/\x26vt\x3d1712134218084423277', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
Tuesday, January 09, 2007

FLASH FICTION #1 : SUDAH KU KATAKAN

Sudah kukatakan ,Ayah, tolong jangan ganggu aku saat ini. Aku sedang berkonsentrasi pada pekerjaan. Banyak di kepalaku yang belum kutuangkan . Aku perlu banyak berfikir agar ceritaku menjadi seirama dan masuk akal dengan kalimat kalimat yang teratur dan menyentuh.
Setiap kali aku bekerja, aku menunggu anak anakku terlelap agar konsentrasiku tidak buyar oleh celoteh dan rengekan mereka. Ayah lihat kan? Aku butuh ketenangan.
Tapi Ayah selalu saja menggangguku. Aku tidak bisa bekerja penuh kalau Ayah menungguiku seperti ini. Baiklah, aku tahu Ayah sayang padaku. Makanya kau ingin menemaniku bekerja dan duduk di ruang kerjaku.
Dan, meskipun Ayah tidak bicara dan hanya duduk tenang melihatku, tetapi sebagai seorang penulis seperti aku, aku tidak bisa bekerja dalam pengawasan seperti itu.
Aku kan bukan anak kecil lagi yang harus ditemani saat belajar. Aku sudah punya dua putra lho,Yah!
Aku akan membiarkanmu membaca surat ini, sebab walaupun berkali kali kukatakan secara lisan bahwa aku tidak ingin ditunggui tetapi Ayah tetap tidak mau mengerti.
Anakmu bekerja untuk menghasilkan cerita cerita yang dapat dinikmati semua orang. Ayah kan tau itu.
Terus terang aku agak kecewa pada sikap Ayah ini. Semoga Ayah dapat mengerti maksudku.

Liana menekan tombol shutdown pada komputernya. Meninggalkan surat itu di meja sambil melirik pada Almarhum Ayahnya yang selalu datang dan duduk di kursi sudut ruang kerjanya setiap malam.
(216 words)

READ WHAT I WROTE AT:
http://suarapensil.blogsome.com

0 Comments:

Post a Comment

<< Home